.

.

Yang Terbaru

MANHAJ SALAFY (4)

MANHAJ SALAFY

MANHAJ SALAFY
(4)
“Ketahuilah – semoga Allah merahmatimu – bahwa agama yang datang dari sisi AllahTabaraka wa Ta’ala tidaklah diletakkan di atas akal dan pikiran/pandangan para tokoh. Ilmu agama ini ada di sisi Allah dan Rasul-Nya. Maka JANGANLAH KAMU MENGIKUTI SESUATU PUN BERDASARKAN HAWA NAFSUmu, yang akan menyebabkan kamu MELESAT DARI AGAMA dan KELUAR DARI ISLAM.
Sesungguhnya tidak ada alasan bagimu. Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallamtelah menjelaskan as-Sunnah kepada umatnya, diterangkan pula oleh para shahabatnya. Mereka itulah “al-Jama’ah”, merekalah “as-Sawad al-A’zham” (jumlah yang besar).
AS-SAWAD AL-A’ZHAM adalah al-Haq (kebenaran) dan Ahlul Haq (orang yang berada di atas al-Haq).
Barangsiapa yang menyelisihi para shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada sedikit saja dari urusan agama, maka dia telah kafir.” (Syarhus Sunnah, karya al-Barbahari rahimahullah)
Asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah :
Agama hanyalah apa yang datang dari Allah. Dia-lah yang mensyari’atkan agama. Tidak ada hak bagi seorang pun untuk meletakkan syari’atkan agama yang tidak Allah izinkan. Allah Ta’ala berfirman (artinya) : “Apakah mereka memiliki sekutu-sekutu yang mensyari’atkan untuk mereka dari agama sesuatu yang tidak Allah izinkan.” (QS. Asy-Syuura : 21).
Ini adalah PENGINGKARAN dan TAHDZIR.
Jadi, agama hanyalah apa yang disyari’atkan oleh Allah dan disampaikan oleh Rasul-NyaShallallahu ‘alaihi wa sallam. …
Agama tersebut dibangun di atas prinsip mentauhidkan Allah ‘Azza wa Jalla dan meninggalkan peribadatan kepada apa pun selain-Nya. Serta terikat dengan apa yang Allah syari’atkan, dan menjauhi apa yang Allah haramkan. INILAH AGAMA.
Agama tidaklah diletakkan di atas akal dan pikiran/pandangan para tokoh. Agama bukanlah apa yang dianggap atau dipandang baik oleh para tokoh. Itu bukanlah agama Allah. Itu adalah agama manusia yang mereka buat-buat. …
Perkara-perkara agama bersifat tauqifiyyah. Harus berdasarkan dalil-dalil dari Allah dan Rasul-Nya dalam urusan agama. Harus terikat dengan apa yang terdapat dalam al-Kitab dan as-Sunnah. Tinggalkan perkara-perkara baru dan bid’ah, yang Allah tidak menerunkan keterengan tentangnya. Meskipun orangnya memandang itu sebagai agama, bertaqarrub kepada Allah dengannya. Kita tidak mengindahkannya dan tidak mengimaninya. Karena agama Allah adalah APA YANG DISYARI’ATKAN OLEH ALLAH DAN RASUL-NYA.
Karena agama itu tegak di atas ilmu yang datang dari sisi Allah dan Rasul-Nya. Jangan mengikuti hawa nafsu manusia, pandangan-pandangan/pendapat-pendapat manusia, jangan pula mengikuti apa yang mereka anggap baik, dan apa yang mereka senangi. Itu tidak ada dasarnya dalam Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. [Ithaf al-Qari, 68-69 ]
Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah :
“Penulis mentahdzir (memperingatkan) dari mengikuti hawa nafsu. Sebaliknya, beliau mendorong untuk mengikuti apa yang Allah wahyukan kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, menerima dan tunduk kepada semua yang dibawa oleh Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena itulah agama yang haq, yang Allah tidak menerima agama apapun selainnya. Allah tidak mensyari’atkan agama ini untuk mencocoki hawa nafsu, selera, dan syahwat manusia.” [ ‘Aun al-Bari, hal. 62 ]
Majmu’ah Manhajul Anbiya
http://www.manhajul-anbiya.net/manhaj-salafy/

BELAJAR MANHAJ SALAF (channel & whatsapp BMS)
Situs kami :